Beza Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, Siapakah
Paulus?
1. Apakah yang menjadi perbezaan antara Perjanjian Baru
dengan Perjanjian Lama?
Jawapan :
- Perjanjian Lama dikenali dengan Taurat, ummat yang
berpegang pada kitab Taurat adalah ummat Yahudi. Rasul atau Nabi yang membawa
Kitab Taurat adalah Nabi Musa Alaihissalam. Perjanjian Lama juga diperkuat oleh
kitab lain yaitu Talmud malah Talmud menjadi kitab utama berbanding Kitab
Taurat. Kitab2 dari Perjanjian Lama antara lain adalah dari cerita2 awal, puisi
dan ramalan2. Antara fasal yang ada pada Perjanjian Lama adalah Taurah, Fasal
Kenabian, Fasal Syair dan Hikmah. Perjanjian Baru pula dibawa oleh Nabi Allah
Isa as kitab yang dibawa beliau dikenali dengan Injil. Di dalam Injil termuat
sebanyak 27 judul, dari 27 judul tersebut pula terdapat empat bahagian penting
darinya yaitu ( Gospels, Act Of Apostles, Epistles dan Apocalypse ). Sebagai
penambahan nabi Isa duga dikenali dengan Yesus atau Jesus sebagai nabi kepada umat
Israel.
2. Bagaimana bisa terjadinya panggilan Christian terhadap
umat Kristen sendiri?
Jawapan :
- Pada awalnya, Kristen dipanggil dengan Early Christians
berarti pengikut Yesus yang paling awal sekali. Mereka juga dipanggil dengan
Nazareth oleh kaum2 Yahudi, Nazareth pula adalah sebuah tempat tinggal
keluarganya Nabi Isa. Kemudian Nazareth diterjemahkan mengikut terjemahan
bahasa Indonesia maka jadilah ia Nasrani. Setelah wafatnya Nabi Isa @ Yesus,
bermulalah ajaran2 dari Paulus dan Barnaba. Dalam ajaran2 mereka, mereka
seringkali mengatakan bahwa Yesus itu Kristos (Almasih) disebabkan seringnya
mereka dengan pembawaan begitu, masyarakat setempat mula memanggil mereka
dengan panggilan Kristos (Christians). Apabila diterjemahkan mengikut bahasa Indonesia
adalah Kristen.
3. Siapakah Paulus?
![Description: http://islambisa.files.wordpress.com/2008/12/paul.jpg](file:///C:/Users/Robert/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg)
Jawapan :
- Paulus adalah seorang manusia yang dinobatkan sebagai
Rasul pengganti Yesus, setelah berimannya beliau dari ajaran agama Yahudi. Nama
asal Paulus adalah Saul, pada waktu kecil beliau telah dibawa oleh keluarganya
agar disekolahkan di sekolah Yahudi. Selama di sekolah Yahudi, Paulus begitu
fanatik dengan agama Yahudi sehingga beliau sangat bermusuh dengan pengikut
Yesus. Lalu rahib Yahudi yang terlihat begitu extrem jih si Paulus, beliau
dikerah agar mengepalai pasukan untuk menyerang pengikut Yesus dan membunuh
habis dari kalangan mereka. Setelah semua habis dibunuh, lalu ada segelintir
dari pengikut Yesus yang lari ke Damaskus dan dikejar oleh Paulus dan
kelompoknya ke Damaskus. Mengikut kajian di buku Bible, Quran dan Sains Modern
karangan Dr Maurice Brucaille, Paulus terlihat cahaya yang begitu terang dan
bunyi yang sangat kuat. Di situlah Paulus bertaubat dan berimana kepada Yesus
Kristus.
PS : sebenar ni tugas wadud jer.. hehehe mengikut dari
asemen yang dibuat.. kan mudah jer dah jawap kalau kita kuasai? kiranya soalan2
tu wadud dah ringkaskan, kiranya tak macam dalam asemen panjang lebor kan.. ^_^
Pertanyaan: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – apa
bedanya?
Jawaban: Perjanjian Lama meletakkan dasar untuk
pengajaran-pengajaran dan peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian Baru. Alkitab
adalah wahyu progresif. Jikalau Anda melangkahi setengah dari buku yang bagus
dan berusaha untuk menamatkannya, Anda akan sulit untuk memahami para
pemerannya, jalan ceritanya dan bagian akhirnya. Demikian pula, Perjanjian Baru
hanya dapat dipahami secara utuh ketika dipandang sebagai sesuatu yang dibangun
di atas dasar peristiwa-peristiwa, para pemeran, hukum, sistem persembahan,
perjanjian dan berbagai janji Perjanjian Lama.
Jika kita hanya memiliki Perjanjian Baru (PB) kita akan
datang kepada Injil tanpa mengetahui mengapa orang-orang Yahudi mencari Mesias
(Raja Penyelamat). Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang
(lihat Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai
Mesias melalui berbagai nubuat mendetil mengenai Dia (tempat kelahiranNya
(Mikha 5:2); cara kematianNya (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur
69:21, dll), kebangkitanNya (Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayananNya
(Yesaya 52:13; 9:2, dll).
Tanpa PL kita tidak dapat memahami adat istiadat orang-orang
Yahudi yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB. Kita tidak akan dapat
memahami pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah
saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu. Kita tidak
akan mengerti mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan halaman Bait
Allah. Kita tidak akan mengerti bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama
yang digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik
manusia maupun Iblis).
Demikian pula halnya kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul
dalam Perjanjian Baru mencatat banyak penggenapan nubuat yang diutarakan
ratusan tahun terdahulu dalam Perjanjian Lama. Banyak dari nubuat-nubuat ini
berhubungan dengan kedatangan pertama dari Mesias. Dalam kelahiran, kehidupan,
mujizat, kematian dan kebangkitan Yesus sebagaimana ditemukan dalam kitab-kitab
Injil kita mendapatkan penggenapan dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang
bertalian dengan kedatangan yang pertama dari Mesias. Detil-detil inilah yang
mengokohkan klaim Yesus bahwa Dia adalah Kristus yang dijanjikan. Bahkan
nubuat-nubuat dalam Perjanjian Baru (banyak di antaranya terdapat dalam kitab
Wahyu) adalah berdasarkan nubuat yang terdahulu yang terdapat dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama. Nubuat-nubuat Perjanjian Baru ini berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sekitar kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kurang lebih
dua dari tiga ayar Wahyu adalah berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Lama.
PL juga mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik
dari kehidupan banyak tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan
mereka kita dapat didorong untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi
(Daniel 3) dan tidak berkompromi dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga
pada akhirnya kita dapat setia dalam hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita
belajar bahwa paling baik mengaku dosa secepatnya dan dengan sungguh-sungguh
serta bukannya melemparkan kesalahan (1 Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak
bermain-main dengan dosa karena dosa akan menerkam kita dan gigitannya
mematikan (lihat Hakim-Hakim 13-16).
Kita dapat belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat)
kepada Allah jika kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam
hidup ini dan firdaus di kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika
kita membayangkan hal-hal berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk
berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7). Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi
bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk orang-orang sekitar kita
yang kita kasihi, dan sebaliknya, perbuatan baik kita bukan hanya berpahala
untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang ada di sekitar kita
(Kejadian 3; Keluaran 20:5-6). Dalam Perjanjian Baru kita memiliki teladan
Petrus untuk kita pelajari – bahwa kita tidak boleh bersandar pada kekuatan
kita sendiri karena kalau demikian kita AKAN gagal (Matius 26:23-41). Dalam
kata-kata dari penyamun di salib, kita melihat bahwa melalui iman yang
sederhana dan tulus kita akan diselamatkan dari dosa-dosa kita (Lukas
23:39-43). Kita juga melihat bagaimana ciri gereja Perjanjian Baru yang
bersemangat (Kisah 2:41-47; 13:1-3, dll).
Juga karena wahyu Alkitab bersifat progresif, Perjanjian
Baru memperjelas pengajaran-pengajaran yang hanya dikiaskan dalam Perjanjian
Lama. Kitab Ibrani menggambarkan bagaimana Yesus adalah Imam Besar yang sejati
dan pengorbananNya yang sekali itu menggantikan semua korban yang hanya
merupakan gambaran dari pengorbananNya. Perjanjian Lama memberikan Hukum yang
terdiri dari dua bagian: perintah dan berkat/kutuk yang bersumber dari ketaatan
atau ketidaktaatan pada perintah-perintah itu. Perjanjian Baru memperjelas
bahwa Allah memberi perintah-perintah ini untuk memperlihatkan kebutuhan
manusia akan keselamatan dan bukan untuk menjadi jalan keselamatan (Roma 3:19).
Perjanjian Lama menggambarkan sistem persembahan yang
diberikan Allah kepada orang-orang Israel untuk secara sementara waktu menutupi
dosa-dosa mereka. Perjanjian Baru memperjelas bahwa sistem ini hanyalah kiasan
dari pengorbanan Kristus yang melaluinya keselamatan dapat diperoleh (Kisah
4:12, Ibrani 10:4-10). Perjanjian Lama memperlihatkan firdaus yang hilang;
Perjanjian Baru memperlihatkan firdaus yang diperoleh kembali melalui Adam yang
kedua (Kristus) dan bagaimana suatu hari itu akan dipulihkan kembali.
Perjanjian Lama menyatakan bahwa manusia terpisah dari Allah karena dosa
(Kejadian 3), dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa manusia sekarang dapat
dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah (Roma 3-6). Perjanjian Lama
menubuatkan kehidupan Mesias. Kitab-kitab Injil pada umumnya mencatat kehidupan
Yesus dan Surat-Surat menafsirkan kehidupanNya dan bagaimana kita harus
menanggapi segala yang telah dan akan dilakukanNya.
Kembali, sekalipun Perjanjian Baru adalah gambar yang “lebih
jelas,” Perjanjian Lama tidak kalah pentingnya. Selain meletakkan dasar untuk
Perjanjian Baru, tanpa PL kita tidak memiliki dasar untuk menentang kesalahan
pemutarbalikan politik dalam masyarakat kita di mana evolusi dipandang sebagai
pencipta dari semua spesies selama jutaan tahun (dan bukannya hasil dari
penciptaan Allah secara khusus dalam enam hari secara harafiah). Kita akan
menerima bahwa pernikahan dan keluarga adalah struktur yang berevolusi yang
harus terus berubah seiring dengan perubahan masyarakat, dan bukannya sebagai
desain Allah untuk membesarkan anak-anak yang saleh dan untuk melindungi mereka
yang kalau tidak akan dimanipulasi dan disalahgunakan (paling sering adalah
perempuan dan anak-anak).
Tanpa PL, kita tidak akan dapat mengerti janji-janji yang
masih akan digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya, kita tidak dapat
secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah masa tujuh tahun di
mana Allah akan secara khusus berkarya dengan bangsa Yahudi yang dulunya
menolak kedatanganNya yang pertama namun akan menerima Dia pada kedatanganNya
yang kedua kali. Kita tidak akan memahami bagaimana pemerintahan 1.000 tahun
Yesus adalah sesuai dengan janji-janjiNya kepada orang-orang Yahudi dan juga
bagaimana itu cocok dengan bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kita juga tidak akan
dapat melihat bagaimana bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang
belum selesai yang dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan
memulihkan dunia ini menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakanNya, dan
bagaimana kita akan menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi
sebagaimana yang terjadi di taman Eden.
Secara ringkas, Perjanjian Lama meletakan dasar dan untuk
mempersiapkan bangsa Israel untuk kedatangan Mesias yang akan mengorbankan
diriNya bagi dosa-dosa mereka (dan bagi dosa-dosa dunia). Perjanjian Baru
menceritakan kehidupan Yesus Kristus dan kemudian menoleh ke belakang kepada
apa yang dilakukanNya dan bagaimana seharusnya kita menanggapi karunia hidup
kekal dan menghidupi kehidupan kita dengan rasa syukur untuk segala yang telah
diperbuatNya bagi kita (Roma 12). Kedua Perjanjian ini mengungkapkan Allah yang
sama sucinya, sama pemurahnya dan sama adilnya, yang harus menghukum dosa namun
ingin membawa orang-orang berdosa kepada diriNya melalui pengampunan yang hanya
dimungkinkan melalui korban penebusan Kristus sebagai pembayaran untuk dosa.
Dalam kedua Perjanjian, Allah mengungkapkan diriNya kepada kita dan bagaimana
kita harus datang kepadaNya melalui Yesus Kristus. Dalam kedua Perjanjian kita
mendapatkan segala yang kita perlukan untuk hidup kekal dan hidup yang saleh (2
Timotius 3:15-17).
No comments:
Post a Comment